Menjadi ibu baru sangatlah tidak mudah. Setelah melahirkan, perjuangan para ibu masih terus berlanjut padahal tubuhnya saja belum pulih dari persalinan. Ada banyak hal baru yang dialami ibu secara bersamaan dalam satu waktu. Rasa lelah fisik yang luar biasa bersamaan dengan sensasi nyeri atau rasa sakit di tubuh, ditambah lagi mengasuh bayi baru lahir yang bukanlah hal mudah. Rasanya penuh tekanan, deg-degan, cemas, bingung, dan panik tak berkesudahan.

Segera setelah bayi dilahirkan, bayi akan ditelungkupkan ke atas dada ibunya untuk Inisasi Menyusu Dini (IMD). Bayi yang tadinya menangis kuat seketika tenaang sekali saat berada di atas dada ibunya. Tangisnya seketika berhenti. Ia mengenali bau ibunya dan berusaha untuk mencari puting untuk mulai menyusu. Ada bayi yang sudah langsung mencari ASI, ada juga bayi yang malah tidur saat IMD. Haha. Sepertinya dia sangat nyaman ada di dekat ibunya. Saat momen itu tiba, umumnya pasti sang ibu dan ayah menangis haru dan penuh syukur atau bahkan sudah langsung merasakan buncahan rasa cinta pada sang anak. Ada tipe pasangan yang ekspresif seperti itu. Ada juga pasangan yang terlihat cool saja. Tapi di dalam hatinya bergejolak berbagai macam rasa. Senang, syukur, takut, cemas, dan harap.

pexels-photo-6134675-6134675.jpg

Dua minggu hingga satu bulan pertama kehidupan bayi sangatlah berat untuk para orang tua. Orang tua terutama ibu benar-benar harus belajar dari nol memahami bayinya sendiri. Mulai dari suhu kamar yang pas untuk bayinya, jam tidur dan bangunnya, jam ingin menyusu, tanda-tanda tidak nyaman bayi apakah karena lapar, ngantuk, lelah, sakit perut karena kolik, atau sakit perut yang ingin BAB, kepanasan atau kedinginan, atau popoknya sudah penuh, atau hal-hal lainnya. Semua ini bayi komunikasikan dengan menangis. Kita seperti bermain tebak-tebakan untuk memahami arti tangisan bayi atau mencari sumber ketidaknyamanan bayi. Tapi untuk ibu baru, ini bukanlah permainan yang menyenangkan.

Selama awal masa kelahiran, bayi terus-menerus ingin menyusu semaunya. Secara teori disebutkan bayi menyusu setiap dua jam, tapi di awal kelahirannya, bayi akan meminta susu sesuai kebutuhannya (bisa setiap 1 sampai 1,5 jam baik siang ataupun malam). Bersamaan dengan itu, kita juga bolak balik membersihkan bayi karena bayi bisa 12 kali mengganti popok dalam satu hari baik urusan BAK maupun BAB. Kegiatan mengganti popok ini rasanya seperti tiada akhir. Bayi baru lahir juga biasanya selalu ingin digendong dan dipeluk. Lebih hangat dan lebih nyaman untuknya. Satu hari kehidupan kita habis untuk menyusui, bolak balik membersihkan bayi, makan untuk bertahan hidup, mandi, dan istirahat. Tapi tubuh rasanya tetap hancur lebur. Pundak, punggung, pinggang, tangan, kaki, pegaal sekali rasanya. Bahkan kadang sakit, kesemutan, atau kebas. Semua itu benar-benar menguras tenaga dan pikiran orang tua.

Banyak sekali yang berpikir bahwa kegiatan menyusui bisa sukses begitu saja. Alamiah. Padahal dalam menyusui, baik ibu dan si bayi sama-sama belajar dari nol. Ibu belajar mengenal sinyal bayi ketika lapar, belajar memposisikan bayi pada posisi yang tepat, mengatur kelekatan mulut dengan payudara agar ASI bisa keluar dengan maksimal. Si bayi juga belajar melakukan pelekatan dan menyusui dengan benar. Mencari posisi yang sama-sama nyaman dan melakukan pelekatan yang sempurna itu bukanlah hal sederhana ya kawan. Ibu berkejaran dengan sinyal lapar dan pelekatan yang sempurna agar bayi bisa menyusu dengan baik (karena terkadang mencari posisi dan pelekatan saat awal-awal terkadang begitu menyita waktu). Jika terlambat atau terlalu lama, bayi bisa sampai di fase terlalu lapar dan dia akan semakin menangis dan semakin sulit ditenangkan. Lalu ibu semakin panik dan tertekan.

Di masa awal payudara menghasilkan ASI, payudara bisa bengkak dan menimbulkan rasa sakit/nyeri. Tubuh masih belajar mengatur produksi ASI menyesuaikan jumlah kebutuhan bayi. Sebagian ibu bahkan sampai demam karena bengkak tersebut. Selama bayi menyusu, rahim akan kembali kontraksi untuk menyusut ke ukuran semula. Jadi sambil menyusui, ibu juga merasakan lagi mules-mulesnya kontraksi (sifatnya kontraksi ringan). Menyusui bukanlah hal yang mudah untuk semua ibu. Ada begitu banyak lika-liku yang dilewati ibu bahkan pengalaman menyusui bisa meninggalkan trauma tersendiri buat ibu. Seperti beberapa ibu yang mengalami ASI yang tidak keluar karena terjadi sumbatan di dalam payudara. Kondisi ini luar biasa menyakitkan dan bisa berujung pada tindakan operasi.

Di saat yang sama, para ibu juga harus merawat luka jahitannya (baik persalinan normal ataupun operasi SC) dan memantau keluarnya darah nifas. Buat sebagian ibu, hal ini juga bukanlah hal yang mudah. Melihat luka jahitan di tubuhnya cukup membuatnya ketakutan. Ditambah lagi rasa nyeri jahitan yang menetap untuk beberapa waktu. Tubuh yang lemah sebenarnya membuatnya belum mampu banyak bergerak, namun terkadang tetap berusaha menggerakkan badan sebab pekerjaan mengurus anak tetap harus dilakukan. Bahkan bila kita menjalani SC, kita diminta untuk cepat membiasakan diri dengan rasa sakit jahitannya. Kita diminta bergerak sebanyak yang kita bisa. Supaya tubuh kita cepat beradaptasi dengan rasa sakit serta kulit kita yang juga pulih dengan baik mengikuti gerak tubuh.

Di sisi lain, umumnya kita melihat ekspresi ibu yang sangat antusias bersama bayinya. Terlihat selalu ingin dekat dengan bayinya, tapi tahukah kamu ada juga para ibu yang justru ingin sedikit berjarak dengan bayinya? Fisik dan mental sang ibu bergelut dengan banyak hal, sehingga mentalnya mudah sekali kewalahan saat berinteraksi dengan bayinya. Mungkin ibu masih trauma dengan proses persalinannya (tidak semua persalinan berjalan lancar), belum terbiasa dengan suara tangisan bayi sehingga membuatnya mudah panik, bingung dengan arti tangisan bayi yang belum bisa ia bedakan artinya atau temukan penyebabnya, takut salah dalam memegang tubuh bayi yang mungil dan takut salah dalam mengurusnya, gelisah melihat bentuk tubuh setelah melahirkan, dan lain sebagainya.

Semua ketidaknyamanan itu sangat mungkin membuat ibu merasa ingin sedikit berjarak dari bayinya. Selama sifatnya adalah mengambil jarak untuk menenangkan diri adalah hal yang wajar. Tapi kalau sudah mengarah ke perilaku menolak memenuhi kebutuhan bayi, sama sekali tidak ingin bersama bayi, bahkan ingin menyakiti bayi, ini jelas sudah tidak wajar maka WAJIB untuk meminta bantuan keluarga dan ahli (psikolog) untuk membantu ibu melewati fase ini.

Selain itu, tidak semua ibu juga langsung memiliki buncahan perasaan cinta dan kedekatan dengan bayinya. Ada juga para ibu yang butuh waktu untuk memunculkan rasa cinta dan keinginan untuk dekat dengan bayinya sendiri. Hal ini biasanya akan terbangun dengan sendirinya seiring dengan aktivitas pengasuhan seperti menyusui, mengurus bayi, menggendong, memeluk, berinteraksi dengan bayi, dan sebagainya. Sabar ya bu.. Jangan cepat-cepat menghakimi diri karena setiap orang memang berbeda-beda prosesnya. Insyaallah kedekatan emosional, koneksi dengan bayi, dan rasa cinta itu akan muncul seiring berjalannya waktu.

pexels-photo-27355916-27355916.jpg

Para ibu baru dikenal dengan sosok yang panikan, cemasan, takutan, dan amat sangat protektif terhadap bayinya. Hampir setiap ibu baru pasti seperti itu! Tapi lucunya ketika melihat ibu baru yang memiliki sifat seperti itu tetap saja dicibir oleh sesama ibu. Seolah-olah sifat-sifat tersebut adalah hal yang tercela dan tidak seharusnya dimunculkan. Padahal ya wajar, karena dia sangat takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada anaknya. Dia mencoba mencegah terjadinya berbagai hal yang tidak diinginkan, karena para orang tua lah garda terdepan yang melindungi anak. Dia hanya sedang menjalankan tanggungjawabnya dengan sepenuh hati bahwa dia harus melindungi anaknya. Imunitas bayi yang masih sangat lemah bisa dengan mudah tertular berbagai penyakit yang dibawa oleh orang dewasa. Jadi orang dewasalah yang harus dewasa. Harus mengerti bahwa kita ini tanpa sadar membawa penyakit ke bayi yang masih rentan. Sehingga tidak asal pegang-pegang, mengayun-ayun, mencium, atau kontak dalam bentuk apa pun kepada bayi.

Coba kamu baca ulang semua hal di atas. Semua ini terjadi dan dialami seorang ibu secara bersamaan dalam satu waktu. Apakah menurutmu itu semua hal yang mudah? Apalagi untuk ibu baru yang benar-benar tidak pernah mengalami rasa sakit, kelelahan fisik, dan kebingungan yang seperti itu sebelumnya. Apakah menurutmu itu semua adalah hal yang mudah? Ada begitu banyak bantuan yang seorang ibu baru perlukan. Maka jika kamu tidak mampu memberikan bantuan, jangan membuat prosesnya lebih sulit lagi.

Jadi tahanlah lisan kita jika kita melihat penampilan ibu baru yang sangat aut-autan di masa-masa awal kelahiran bayi. Tubuhnya masih seperti orang hamil padahal bayi sudah dilahirkan (tubuh perlu waktu untuk kembali ke bentuk semula), mata panda karena begadang tiada akhir, wajah yang lelah karena kurang tidur dan badannya yang sakit-sakit, moodnya yang tidak baik karena semua kelelahan dan kebingungan itu, rambut rontok karena menyusui, ada juga yang justru jadi berjerawat parah karena hormon yang kacau dan kurangnya istirahat. Dia pun tidak ingin terlihat seperti zombie, tapi mengurus new born memang bukanlah hal yang mudah. Dan penampilan fisik adalah hal paling terakhir yang menjadi prioritas para ibu karena prioritas utama dirinya adalah makan, mandi, mengurus bayi, dan istirahat untuk pemulihan.

Semoga cepat pulih ya bu.. Semoga cepat pulih jiwa dan raganya.. Luapkan saja semua perasaan itu lewat tangisan dan keluhan. Bener deh bu gapapa banget. Jelas sekali semua itu gak mudah untuk dialami sekaligus. Makan yang sehat dan banyak, minum vitamin, dan istirahat.. Peluk erat untuk semua ibu yang baru saja melahirkan. Kamu pejuang!

Gita Nadia Motherhood, Parenthood

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *