Sesungguhnya jadi orang tua itu stres dimanapun kita berada. Di rumah stres, di tempat umum stres, di kendaraan pribadi stres, apalagi kendaraan umum. Sehari-hari di rumah kita stres, dalam momen liburan pun kita stres. Jika kita bandingkan itu semua, memang lebih baik stres di rumah sendiri dan di kendaraan sendiri. Anak-anak mau bertingkah kayak apa, cuma kita yang “terdampak”. Kita sendiri juga bisa atur diri sendiri entah itu tutup mata, mulut, ataupun telinga. Tapi kalau sudah di tempat umum, ini semua jadi beda cerita.
Sikap adil kita sebagai orang tua gak hanya berlaku pada anak-anak di rumah, tapi juga harus bisa adil pada orang-orang di luar rumah. Saat kita menjadi orang tua yang membawa anak-anak ke tempat umum, kita harus menjadi orang yang adil dalam menjaga semua hak. Hak anak, aturan tempat yang didatangi, dan hak orang-orang yang ada di tempat tersebut. Kitalah yang menjadi pagar untuk itu semua. Intinya, semua hak akan terpenuhi dengan baik selama kita mengikuti aturan yang berlaku.
Suka gak suka kenyataannya kita harus terima, selama anak-anak kita masih kecil, kita gak akan bisa leha-leha dimanapun dan kapanpun. Kita gak akan bisa menikmati suasana secara utuh, menikmati waktu secara utuh karena kewajiban mengawasi anak yang tiada henti. Apalagi di tempat umum. Kita tidak bisa meminta pemakluman orang lain seluas kita memaklumi anak kita sendiri. Kita tidak bisa meminta orang lain menerima anak kita seluas penerimaan kita pada anak kita sendiri. Apa yang menjadi aturan di luar harus kita ikuti, dan ketidaknyamanan atau ketidaksukaan orang lain harus kita perhatikan baik-baik. Kitalah yang menjaga itu semua.
Sebaik-baiknya kita menjaga, kejadian tidak menyenangkan tetap bisa terjadi kapanpun. Kita harus siap menerima dan bertanggungjawab untuk apa pun yang terjadi atas kelalaian kita dan kesalahan yang anak lakukan. Kami pun setidaknya sudah dua kali bertanggung jawab secara materil atas kesalahan yang anak lakukan secara tidak sengaja, seperti membayar denda karena anak tidak sengaja mematahkan barang di penginapan dan me-laundry karpet masjid yang tidak sengaja anak kotori (mulai dari mengambil karpet, mengantar karpet ke tempat laundry, membayar, dan mengantarkannya kembali ke masjid). Anak kami tidak dimarahi saja kami sudah bersyukur.
Kami berusaha menjelaskan konsep bertanggungjawab pada anak. Tapi kami pun tidak tahu bagaimana anak menyerapnya. Setidaknya dia tahu bahwa ketika melakukan kesalahan, dia sendiri harus tetap meminta maaf (sambil kami temani). Dia juga melihat bahwa ada uang yang kita keluarkan untuk mengganti barang tersebut. Juga melakukan sesuatu untuk membersihkan apa yang sudah menjadi kotor.
Aku yakin setiap ayah-bunda pasti punya ceritanya masing-masing tentang ini semua. Setidaknya adegan-adegan ini pasti sudah ayah-bunda lalui. Kurang lebih seperti ini cara kami bersama anak di tempat umum:
- Saat menghadiri acara pernikahan atau sejenisnya: Ajak anak keluar area acara inti. Meski sudah dikasih gadget pun, suara gadget dan suara anak yang sesekali terdengar tetap mengganggu acara. Maka bagi tugas siapa yang di dalam ruangan, siapa yang jaga anak di luar ruangan. Lalu bergantianlah saat mengurus urusan makan dan keperluan lainnya setelah acara inti selesai
- Saat di masjid: Pastikan anak sudah bisa mengikuti aturan di masjid. Terutama kalau kita mengajaknya di saat jam sholat wajib berjamaah. Anak sudah paham untuk tidak bermain-main dan menganggu orang yang sedang solat. Lebih detilnya, ayah-bunda bisa cek artikel tentang fikih membawa anak ke masjid berikut ini ya
- Saat di kajian: Kalau anak belum bisa tenang ikut mendengarkan, baiknya tidak membawa anak ke kajian. Kita datang untuk belajar, bukan memindahkan aktivitas di tongkrongan ke tempat kajian (makan-makan, ngobrol, tertawa-tawa). Apalagi jika kajian itu diselenggarakan di masjid. Adab yang harus dijaga jadi semakin bertambah, yaitu adab di masjid dan adab majelis ilmu. Saat anak-anak belum siap dengan itu semua, sebaiknya kita tunda sampai anak siap untuk ikut. Maka, bagi tugas saja dengan pasangan siapa yang ikut kajian, siapa yang jaga anak di rumah. Kalau kita bisa ikut kajiannya secara streaming online, ikuti secara online saja. Jika tidak ada siaran online-nya, minta pasangan yang ajarkan materi kajian yang tadi ia datangi.
- Saat di kendaraan umum: Baik itu pesawat, kapal, kereta, bis, dan sebagainya. Anak yang lebih kecil sudah pasti tidak tahan untuk duduk lama. Otomatis kita akan mengajak anak untuk berjalan-jalan sampai kendaraan tiba di tujuan. Sebagian besar waktu perjalanan kita habiskan untuk memastikan anak tidak mengganggu suasana atau penumpang lain. Kalau anak yang lebih besar sudah bisa diberi “kerjaan” atau tontonan. Maka bagi tugas dengan pasangan. Saat kita ajak anak bayi jalan-jalan, pasangan dan anak yang lebih besar prioritaskan untuk makan, solat, atau urusan lainnya. Saat sudah selesai, lalu bergantian. Saat pasangan ajak bayi jalan-jalan, giliran kita makan, solat, dan urusan lainnya. Jika kita naik kapal, akan ada transisi dari mobil ke kapal dan kembali ke dalam mobil untuk melanjutkan perjalanan. Kalau pasangan menyetir, prioitaskan juga agar ia bisa tidur barang sebentar. Kita yang jaga anak bisa tidur saat sudah kembali ke mobil
- Saat di tempat makan: Pilih tempat yang memang lebih ramah terhadap keluarga. Jika tidak bisa memilih-milih, maka makan secara bergantian. Kalau lelah, yasudah kita semua duduk makan bersama, sambil anak nonton di gadget. Selesai makan, beri anak waktu untuk eksplorasi tempat dengan pengawasan orang tua. Cegah anak berlari-lari terutama ke area sibuk yang mana waiter membawa berbagai macam makanan, minuman, piring, gelas, dan barang-barang lainnya. Jika tempat makan memang sempit, yasudah selesai makan kita langsung pergi.
Saat kita biarkan anak makan sendiri, kita harus siap membereskan kekacauan yang anak buat. Jika anak makan sendiri, bisa juga kita bawa alat makan sendiri untuk mencegah anak memecahkan alat makan milik restoran. Kalau ada acara makan bersama keluarga yang sudah terencana, bisa juga kita antisipasi dengan pilih siapa yang makan duluan sebelum acara. Apakah ibu/ayah yang makan lebih dulu sebelum acara, sehingga tinggal anak saja yang makan di tempat makan. Atau sebaliknya, anak-anak datang dalam keadaan kenyang, sehingga kita bisa menikmati makanan di tempat acara dengan tenang. Jadi load atau kericuhan makan bersama bisa diminimalisir karena salah satu pihak sudah kenyang duluan. Sudah lebih tenang. Jadi terlihat lebih tertib. - Saat di penginapan: ketahui secara pasti apa yang bisa membuat kita didenda pihak penginapan. Misal noda-noda seperti apa yang masih ditoleransi, noda mana yang tidak diperbolehkan tertinggal di kasur (terutama yang sulit dibersihkan atau meninggalkan bau seperti makanan, minuman, tinta, darah). Maka dari itu sangat penting untuk mencegah anak makan dan minum di atas kasur atau menggunakan alas kaki lalu naik ke atas kasur. Kita juga harus tahu mana barang yang boleh kita bawa (yang sekali pakai), mana barang yang tidak boleh dibawa. Mencegah anak untuk memainkan kunci kamar agar tidak hilang, berlari-lari, melompat-lompat, atau berteriak yang akan menimbulkan berbagai suara bagi penghuni kamar di samping ataupun di bawah kamar kita. Dari pengalaman kami, sepertinya pihak penginapan juga mencoba meminimalisir dampak berisiknya anak-anak dengan mengatur posisi kamar bagi tamu yang membawa anak-anak. Seringnya kami ditempatkan di kamar paling ujung lorong atau di kamar paling awal dekat lift. Belum lagi soal menjaga keselamatan anak seperti mencegahnya bermain-main di area balkon, lift, dan area-area lainnya. Sibuk banget kita ini ya bun
- Saat di indoor playground ataupun outdoor : pastikan anak bermain dengan pengawasan penuh. Benar-benar kita ikuti. Pastikan anak bermain dengan yang kurang lebih seusianya. Jauhkan anak-anak kecil dari anak yang lebih besar atau yang sudah kelihatan bahwa anak-anak tertentu sangat aktif bergerak. Untuk apa? Mencegah anak-anak yang lebih kecil tersenggol, jatuh, ketabrak, terinjak oleh mereka yang lebih besar. Ikuti aturan bermain yang sudah ada. Ada mainan yang hanya boleh untuk anak di bawah 3 tahun, ada yang hanya boleh untuk anak yang minimal 5 tahun, ada yang boleh bersama-sama. Perhatikan juga orang dewasa yang mengawasi anaknya yang bermain. Ada juga orang tua agresif yang tidak segan-segan langsung main fisik ke anak lain saat anaknya tidak sengaja tersenggol. Lagi-lagi, kita sebagai orang tua juga harus adil melihat situasi. Apakah faktor sengaja atau tidak sengaja. Ajarkan anak untuk sama-sama minta maaf (anak dan orang tua juga minta maaf).
Sampai sini, terjawab kan kenapa orang tua stres dimanapun dan kapan pun mereka berada bersama anaknya? Hahaha. Pengawasan tiada henti yang membutuhkan fokus dan fisik yang ikut bergerak kemana pun anak bergerak. Di atas ini adalah contoh nyata kita berusaha menjaga hak anak untuk eksplorasi, tapi kita juga harus menjaga tempat yang didatangi dan hak orang lain di tempat umum. Sepenuh itu isi kepala para orang tua, bahkan saat judulnya makan dan liburan.
Semoga ayah-bunda bisa terus saling bantu dalam penjagaan anak. Maaf ya pak bu.. kita harus terima kalau masa-masa bersama anak kecil ini artinya kita memang tidak bisa sepenuhnya menikmati waktu dan suasana. Seiring berjalannya waktu, seiring pembiasaan, semoga kita dan anak semakin terlatih berada di tempat umum dan sudah bisa menikmati sekecil apa pun hal yang bisa kita nikmati saat di luar rumah.
Semangat ayah bunda semuaa.. Semoga Allah mudahkan semua proses kita bersama anak di tempat umum 🙂