Dua puluh empat jam kita habiskan di balik tembok rumah. Kadang sudah tidak tahu hari, tanggal, dan bulan berapa. Mengurus kebutuhan hidup seisi rumah dari buka hingga tutup mata. Semuanya bergantung pada satu hal dari diri kita, tapi justru itu yang sering kita abaikan.

Sebelum kehadiran anak, semua aktivitas sangat bisa kuatur. Kapan mengerjakan pekerjaan kantor dan kapan pula menyelesaikan pekerjaan rumah. Semua begitu berbeda setelah anak pertama lahir. Tubuhku amat sangat terkejut dengan kelelahan fisik mengurus bayi. Padahal standar urusan rumah juga sudah aku kurangi, tapi lelahnya tetap saja tidak terkalahkan.

Satu tahun pertama punya bayi adalah tahun terberat dengan semua penyesuaian itu. Seringkali aku ketiduran seperti orang pingsan. Setelah bangun dari tidur pun tidak segar, lelah sepanjang hari, mudah kram otot, badan sakit-sakit, dan kesemutan pada area tertentu. Seringkali tercetus di dalam hati “rasanya kayak mau mati”. Sinyal tubuh sudah jelas menunjukan ada yang salah dengan tubuhku, tapi entah mengapa dulu sama sekali tidak terpikirkan untuk memperhatikan kondisi tubuh.

Dengan semua kebingungan mengurus anak, ditambah rasa lelah luar biasa yang berkelanjutan, sulit untuk ku bisa terlihat happy ala-ala media sosial. Aku juga gak bisa berbagi cerita ini dan itu karena buatku itu semua tidak mudah.

Setelah anak pertama berusia 2,5 tahun barulah aku bisa stabil secara mental. Setelah aku ingat-ingat lagi, ternyata hal yang paling mendasar adalah saat itu kesehatanku yang tidak memadai karena pola makan yang berantakan, gizi tidak seimbang, tidak didukung dengan konsumsi vitamin, dan juga tidak berolahraga. Paduan sempurna kondisi fisik yang lemah untuk menyusui dan mengerjakan begitu banyak pekerjaan yang menuntut kesehatan fisik dan mental. Memori menjadi ibu baru bukanlah memori yang menyenangkan untukku. Setelah kupikirkan kembali, ternyata yang buruk itu kondisi kesehatanku. Bukan perjalanan menjadi ibu baru. Kesehatanku yang buruk membuat masa adaptasi peran itu jadi semakin berat.

g59d69b8f49ac0cf9920dfceea4dfdec9aef3cb0ceacf7a58f2b405360aba9b7bb0c0c9e64c349bd00b8c9a5a63391d46ff3cb6e525c4e73c16d41517f5d28bb5_1280-3732264.jpg

Halah, memangnya pekerjaan fisik apa aja sih yang dilakukan di rumah? Terlihat sepele, tapi pekerjaan membersihkan dan mengurus rumah dari luar sampai dalam itu bisa memakan waktu berjam-jam tanpa duduk. Sekalinya bisa rebahan, baru sadar ternyata sudah bergerak tanpa henti selama empat atau bahkan enam jam. Pekerjaan yang membuat kita berdiri, menunduk, berjongkok lalu berdiri, berjalan jongkok, mengangkat-angkat barang, menyikat-nyikat dan sebagainya. Semuanya membutuhkan otot-otot tubuh yang kuat dan postur atau sikap tubuh yang benar.

Saat mengurus bayi, tubuh kita sangat lelah. Sangat kekurangan tidur, waktu makan berantakan, harus terus menggendong dan menyusui. Memenuhi rutinitas harian anak dari pagi sampai malam, dan tentu mengikuti masa perkembangannya. Saat ia mulai merangkak, kita harus ikut merangkak. Saat ia belajar jalan, kita harus ikut jalan dengan terus-terusan dalam posisi jongkok-berdiri berulang-ulang. Saat ia mulai berlari kita ikut berlari. Saat ia mulai memanjat, kita harus waspada untuk gerak cepat menangkap kalau anak kehilangan keseimbangan. Fisik, fisik, dan fisik. Kekuatan dan kesehatan tubuh sangat diminta untuk mengerjakan itu semua.

Selama kehamilan anak kedua alhamdulillah Allah memberikan kehamilan yang sehat, santai, dan sangat minim keluhan. Saat anak kedua ini aku sudah menguatkan tekad untuk makan lebih baik, rajin minum vitamin, kalsium, booster asi, dan tablet penambah darah. Sebagian besar sudah dicicil sejak masa kehamilan. Alhamdulillah, selama satu tahun kelahiran anak kedua kesehatanku jauuh lebih baik dari sebelumnya. Aku tidak lagi merasakan kelelahan ekstrim yang seperti dulu.

g5e837fee686db09e1ad085cbbcfa6ac2ac5dd8b981321130ad86e8a8d43e05a46212f5ed8dfe42193d8f5efc16e82358df70fb5f578a544498e7c6524d98ff1d_1280-4182974.jpg

Alhamdulillah juga, saat mendekati lahiran aku sudah memiliki ART. Jadi setelah melahirkan, aku sangat fokus mengurus keperluan dua anak dan mengurus diri. Meski pulihnya lebih perlahan (karena SC), tapi secara keseluruhan aku bahagia sekali bisa terbebas dari kelelahan ekstrim. Proses mengurus anak kedua pun tanpa sadar berlalu dengan cepat. Cepat dan bahagia sepanjang prosesnya. Ternyata kesehatan tubuh kita sepenting itu untuk kita prioritaskan. Saat tubuh kita sehat, kita pun merasa senang dan jauh lebih siap menghadapi berbagai lika-liku mengasuh anak dan mengurus rumah. Tidak kusangka ternyata semua urusan kita ini sangat bersandar pada kesehatan dan ketangkasan yang se-serius itu. Jangan lupa ya bu, prioritaskan kesehatanmu..

Gita Nadia Motherhood

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *