
Kata orang, menyapih itu punya drama dan seni tersendiri. Sebuah proses yang emosional buat anak dan ibu. Bahkan terkadang ibunya yang belum siap menyapih dan galau berat pasca anak berhasil disapih. Yah namanya perasaan orang beda-beda ya. Kalau aku pribadi termasuk orang yang sangat menanti anak lulus ASI. Buat apa? Supaya bisa mendapatkan kembali tidur nyenyak dan bisa bebas pakai baju yang kita suka tanpa harus pusing dengan busui friendly. Iya maaf ya ga ada emosional-emosionalnya.
Disclaimer dulu ya.. Ini hanyalah cara yang aku terapkan ke anak pertamaku. Setiap orang bisa punya cara yang berbeda-beda. Respon anak pun bisa berbeda-beda. Bisa jadi saat menyapih anak kedua akan muncul cerita baru. Jadi ambil aja poin-poin mana yang bisa ayah-bunda terapin lalu sesuaikan dengan kondisi keluarga masing-masing yaa
Gimana prosesnya? Panjaang.. Sabar-sabar ya bacanya
- Tentukan Kapan Usia Maksimal Anak Berhasil Disapih
Hal paling pertama yang aku tetapkan adalah berapa umur maksimal anak berhasil disapih nantinya? Aku targetkan maksimal usia 2,5 tahun anak sudah lulus ASI. Atas dasar apa? pertama, prioritaskan wajib sampai dua tahun. Setelah dua tahun baru kita mulai menyapihnya. Aku gamau sampai saklek banget usia 2 tahun langsung berenti. Karena aku gak tau berapa lama proses menyapih, jadi aku ancang-ancang saja bahwa proses itu akan dimulai saat anak berusia 2 tahun, lalu semoga lulus di usia 2,5 tahun.
Sejauh yang aku pahami, kalau secara agama, menyusui itu disempurnakan sampai 2 tahun. Kalau lebih dari 2 tahun itu boleh, tidak dilarang, tapi juga tidak perlu dipromosikan untuk lebih dari 2 tahun. Menyapih itu dikembalikan lagi ke kondisi ibu dan anak, kesiapan/kemauan dari ibu dan anaknya sendiri. Disapih kurang dari 2 tahun juga dibolehkan. Jadilah aku tetapkan sendiri aja aku inginnya kapan. Karena aku juga gak mau anak terlalu berlama-lama.
2. Jelaskan Berkali-Kali dan Jauh-Jauh Hari Sebelum Dimulai
Dulu aku mulai terus-menerus memberitahu anak bahwa nanti dia gak menyusu lagi karena dia sudah besar. Dulu aku mengenalkan susu lain yaitu UHT. Aku bilang kalau anak besar itu tidak minum ASI. Anak yang sudah besar minum susu pakai gelas atau susu UHT pakai sedotan. Tentu saja setiap kali kita bahas ini, dia akan merengek. Ditambah lagi kita ngomongin ini di saat anak belum bisa bicara. Tapi intinya harus konsisten memberitahunya.
3. Kurangi Frekuensi Menyusu dan Buat Rutinitas Baru
Tentukan dulu nih mau mengurangi frekuensi menyusu dari pagi-siang, atau mengurangi saat malam. Tiap anak bisa beda-beda menyesuaikan kondisi atau kebiasaan menyusu masing-masing. Dulu kami memulainya dengan mengurangi saat pagi hari saat bangun tidur. Dulu anak pertama meski sudah bangun tidur di pagi hari, masih minta ASI. Kami berusaha memutus ASI saat bangun tidur dengan membuat aktivitas baru. Biarkan dia bangun lalu tawarkan air putih atau makan roti lalu ajak jalan-jalan keluar rumah. Jalan-jalan ke luar rumah agenda mencari sarapan, atau sekedar liat kucing. Pola ini berjalan beberapa waktu. Selebihnya, masih menyusu saat mau tidur siang dan sepanjang malam.
Setelah terbentuk kebiasaan baru, lalu aku coba mulai memutus ASI saat tidur siang. Wah ternyata susaah sekali. Akhirnya kami switch memutus nyusu yang malam hari. Frekuensi menyusu malam hari sebenarnya memang udah sangat berkurang, jadi saat itu jauh lebih mudah ternyata memutus yang waktu malam. Kami buat rutinitas tidur yang baru sekaligus berusaha mengenalkan “rasa nyaman” yang baru yaitu dengan tidur sambil dipeluk.
Selain itu kita tambahkan juga bumbu-bumbu serunya tidur dengan tidur bersama mainan. Jadi sebelum tidur, siapkan semua mainan yang akan temanin anak tidur. Bisa juga diselingi baca buku sebelum tidur, lalu tidur sambil dipeluk. Jadi tawarkan saja malam ini tidurnya mau bagaimana caranya? Mau baca buku dulu, atau mau main dulu? Tidurnya mau peluk uma, peluk aba, peluk boneka, atau peluk mainan? Eh ternyata anaknya mau-mau aja disuruh milih. Kalau tengah malam anak bangun dan minta menyusu, aku tawarkan air putih dalam botol minum. Yah memang sih kadang dia berontak minta ASI, mau gak mau kita harus tahan dengar amukannya. Aku bertahan dengan meletakkan botol minum di sebelah anak dan tidak ada kontak mata. Kalau perlu tidur punggungi anak. Ujung-ujungnya anak menyerah, lalu minum dari botol dan kembali tidur. Saat sudah tidur, kembali kita peluk.
Tibalah waktunya memutus ASI di siang hari. Aku berusaha membuat anak sangat capek. Harapannya bisa cepat ketiduran. Lalu tetap terapkan ritual tidur yang baru, yaitu baca buku, tidur sambil dipeluk, dan bawa semua mainan ke kasur. Tentu sajaa dia nangis, marah, dan gelisah. Mau gak mau harus tahan dengar anak tantrum. Ujung-ujungnya, dia menyerah dan tertidur dengan cara dipeluk.
4. Konsisten
Semua ini memang harus dengan kerjasama suami istri. Bagi tugas kapan ayah yang bantu alihkan perhatian anak, kapan ibu yang alihkan. Sekali kita memutuskan proses menyapihnya dimulai, ini semua harus konsisten dijalankan setiap harinya. Anak-anak akan bingung kalau kitanya juga gak siap menyapih. Amukan anak saat kita menolak menyusui lalu mengganti dengan kegiatan lain memang sangatlah wah. Tapi kita harus belajar untuk bisa konsisten dan konsekuen sama anak. Saat mereka sudah mulai terbiasa dengan rutinitas baru, perlahan-lahan anak dengan sendirinya akan lupa dengan kebiasaan menyusui. Kapanpun memulainya, aku yakin anak akan tetap ngamuk. Namanya juga memutus kenyamanan yang didapat selama 2 tahun. Pasti sangat tidak menyenangkan buat anak. Jadi ngamuknya mereka adalah hal yang sudah harus kita hadapi dan lalui. Semangaatt!
5. Beri Hadiah atau Upayakan untuk Menyenangkan Anak
Jangan lupa untuk terus mengapresiasi setiap kemajuan anak. Bisa dengan hadiah, pujian, atau cara-cara yang bisa membuat anak senang. Mau gak mau memang dalam masa menyapih ini, anak sedang butuh diperhatikan. Jadi pastiin untuk temukan cara yang pas untuk menghibur anak dengan rutinitas barunya ya ayah-bunda.
Yak, begitulah kiranya warna-warni menyapih anak pertama. Dari target lulus di usia 2,5 tahun, akhirnya anak pertama berhasil disapih di usia 2 tahun 3 bulan. Alhamdulillah.. Aku pun gak tahu apakah metode yang sama akan ampuh untuk anak kedua. Semoga menyapih anak kedua bisa sama lancarnya, aamiin.. Semangat ayah-bundaa semoga bisa temuin cara menyapih dan rutinitas baru yang cocok untuk si kakak yaa 🙂
Jangan lupa baca-baca juga artikel tentang menyapih untuk dapat ide lainnya ya ayah-bunda, contohnya artikel ini 🙂
Yassarallah..