Sebagai Ibu baru, wajar banget kalau sebingung itu menghadapi masa MPASI. Gak tahu harus berekspektasi seperti apa saat prosesnya nanti. Pengalaman pertama. Deg-degan!
Saat awal bayi lahir, fokus utama kita udah pasti ke urusan menyusui, menggendong, semua perintilan mengurus new born, dan pemulihan diri sendiri. Setelah bayi menginjak usia 3 bulan mungkin Ibu sudah lebih memiliki ruang untuk belajar hal baru seperti mempersiapkan masa MPASI nya nanti. Kapan sih anak sudah boleh mulai MPASI? Kalau anaknya sudah siap (sudah dapat duduk tegak, sudah ada ketertarikan terhadap makanan), usia 4 bulan pun sudah bisa mulai MPASI. Tentu itu pun dengan seizin Dokter Anak ya. Idealnya anak mulai MPASI di usia 6 bulan untuk memastikan kesiapan organ anak untuk mremproses makanan.
Saat anak sudah menginjak usia 3 bulan, Ibu sudah bisa banget nih ikut kelas materi khusus MPASI. Untuk apa sih ikutan kelas? Untuk dapat informasi yang terstruktur, menyeluruh, dan dapat sesi tanya jawab yang bisa meredakan kegundahan para ibu yang deg-degan. Menurutku cukup satu kali aja kok ikut kelas ini untuk mengetahui seluk-beluk MPASI. Kalau sudah mengerti prinsip-prinsipnya, insyaAllah untuk MPASI anak selanjutnya cuma refresh-refresh pemahaman aja.
Persiapan ilmu adalah yang paling utama dan mendasar banget nih Bu. Jangan sampai sibuk sama hal yang lain dulu sampai ilmunya kita dapatkan ya. Selain ikutan kelas materi MPASI, ibu juga bisa belajar secara gratis dengan membaca artikel-artikel mengenai MPASI dari website yang terpercaya seperti Alodokter, Halodoc, HelloSehat. Bisa juga nonton video edukasi di Youtube dari channel terpercaya seperti GueSehat, video edukasi MPASI dari dokter anak atau ahli gizi (salah satu contoh video edukasi MPASI) . Bisa juga follow akun dokter anak (Dokter Meta, Dokter Ardi) dan dan ahli gizi (Dokter Tan Shot Yen) untuk video edukasi di instagram. Pastiin kita baca dan nonton secara menyeluruh ya. Supaya pemahaman kita ga terpotong-potong.
Setelah mendapatkan ilmu yang cukup tentang MPASI, waktunya siapin konsep makanan yang mau Ibu kenalkan nantinya ke bayi. Coba buat daftar makanan utama dan cemilan yang biasa kita makan sehari-hari sekeluarga. Ibu tinggal samakan saja makanan anak dengan daftar makanan yang udah biasa ibu makan sekeluarga. Khusus untuk bayi, makanannya dimasak dan disajikan sesuai tekstur yang bayi bisa makan. Makanan utama seperti sop, soto, opor, nasi kuning, nasi uduk, dan sebagainya. Contoh cemilan yang biasa kita makan seperti pisang goreng, perkedel, nagasari, bubur sumsum, kolak ubi, dan sebagainya. Kita hanya perlu menyesuaikan tekstur dan rasa yang anak suka.
Cari kemana ya resep makanannya? Kalau aku sendiri sering cari resep di Cookpad atau Youtube. Iya seperti resep makanan kita biasanya saja. Nanti coba telaah lagi bahan-bahannya, sesuaikan dengan penerimaan bayi. Misal, salah satu goalsnya nanti kita mau mengenalkan nasi soto ayam santan. Untuk sampai ke sana, rasa makanan harus kita cicil dulu kenalkan ke anak. Mulai dari ngenalin bubur nasi biasa pakai ayam yang dimasak pakai bawang putih, bawang merah, dan sedikit kunyit. Bisa ditambahkan dedaunan agar wangi. Di makanan yang lain, kenalkan rasa santan misal melalui bubur nasi uduk. Lalu gabungkan bubur nasi uduk dengan ayam yang ada rasa gurih bawang dan kunyit. Nanti lama-lama masak bubur nasi biasa dan padukan dengan ayam yang dimasak dengan kuah santan, bawang, kunyit, daun aromatik dan lengkuas.
Bumbu tambahan seperti kemiri, jahe, atau ketumbar bisa dikenalkan di makanan lain secara bertahap juga. Jadi intinya gak semuanya ditumpuk dalam satu makanan karena khawatir rasanya terlalu kuat atau kompleks buat bayi yang baru mengenal makanan. Sampai akhirnya nanti bayi sudah kenal semua rasa barulah digabungkan semuanya mulai dari bubur/nasi tim dengan ayam yang dimasak menggunakan bawang merah, bawang putih, kemiri, jahe, kunyit, lengkuas, daun aromatik, dan kuah santan. Jadi temanya tetap nasi soto ayam santan, tapi satu ide makanan di breakdown menjadi beberapa tahap dan disajikan sesuai tekstur dan rasa yang anak terima. Begitu juga konsepnya mengenalkan cemilan. Misal mau mengenalkan kolak biji salak. Pertama-tama kenalkan dulu ubi manis yang dikukus. Nanti selanjutnya campurkan kukusan ubi dengan air gula merah yang dimasak dengan pandan. Selanjutnya baru kenalkan kukusan ubi, air gula merah, tambah santan, tetap dengan aroma pandan. Kebayang kan konsepnya? Itulah beban mental Ibu baru soal makanan saja. Belum lagi cara menyimpan makanan agar tahan dan tidak basi. Cara pemberian/menyuapi makanannya dan aturan-aturan lainnya.
Daftar makanan udah siap, resep makanan udah ada, selanjutnya apa ya? Yak persiapan alat memasaknya. Perlu gak sih beli alat masak khusus bayi? Jawabannya adalah tergantung keperluan keluarga masing-masing. Aku merasa perlu beli set wajan khusus bayi karena mau memisahkan makanan bayi dari kontaminasi bekas apa yang kita orang dewasa masak. Sebab biasanya kalau memasak makanan orang dewasa sudah pasti bumbunya banyak atau kita sering memasak sambel atau dengan irisan cabai. Jadi aku memisahkan alat masak dan alat cucinya supaya tidak terkontaminasi rasa pedas atau bumbu-bumbu lainnya. Plus biasanya masak untuk bayi cuma dalam porsi kecil. Terkadang malah ribet masak yang sedikit di wajan besar. Alat masak apa aja nih yang beneran terpakai dengan maksimal? Bagiku, set wajan yang sekalian untuk mengukus makanan, saringan, parutan, spatula kecil anti lengket, set wadah tempat menyimpan bubur bayi.
Next.. Perlengkapan makan bayi. Mulai dari mangkok atau piring kecil, sendok kecil untuk MPASI, botol atau gelas minum, celemek makan. Percayalah kalau ada yang cukup banyak menghadiahkan set alat makan bayi insyaAllah pasti berguna banget. Karena saat praktik makan nanti kita gak hanya butuh satu set. Mungkin bisa dua atau tiga set alat makan bayi. Selain itu, booster seat ataupun high chair adalah salah satu investasi terbaik saat anak pertama. Sebab kursi makan akan tahan lama dan bisa dipakai kembali oleh anak selanjutnya. Kalau tidak ingin membeli juga tidak apa-apa, anak bisa kita pangku dan posisikan tubuhnya sesuai posisi tubuh untuk makan.
Terakhir, selalu liat respon anak terhadap makanan yang kita berikan. Apakah anak cocok dengan menunya, teksturnya, dan rasanya. Apakah anak juga aman atau malah memunculkan reaksi alergi karena makanan tertentu. Evaluasi tekstur dan rasa seperti apa yang bayi terima. Semangat buuu! Semoga cerita kali ini bisa membantu ibu semua menghadapi MPASI yaa 🙂