modern minimalist bathroom, interior, toilet

Kapan sih harusnya mulai toilet training? Caranya gimana sih? Berapa lama anak bisa lulus toilet training? Banyaak banget kegelisahan sebelum mulai toilet training. Buat aku pribadi, toilet training lebih bikin deg-degan daripada menyapih. Kalau kita lihat konten-konten media sosial, bahkan ada anak yang dibawah umur 1 tahun sudah diajarkan toilet training oleh orang tuanya. Terus kita kapan ya?

Pertama dan utama, urusan toilet training ini harus kitanya dulu sebagai orang tua yang siap mental. Karena tau lah ya akan secapek apa kita harus bolak-balik membersihkan rumah dan pakaian anak yang terkena BAK atau BAB. Jadi mari tarik napas dulu dan siapkan diri. Aku termasuk orang yang percaya bahwa segala sesuatu itu baiknya dicicil. Termasuk anak dalam hal toilet training. Jadi kita harus siap ancang-ancang bahwa suatu proses itu bisa makan waktu berbulan-bulan.

Ceritaku ini terbatas pada apa yang dilaluin anak pertamaku ya, dan ini anak laki-laki. Aku rasa toilet training anak laki-laki dan perempuan akan punya pengalaman yang berbeda. Meski sama-sama anak laki-laki pun, tiap anak bisa banget responnya berbeda-beda. So, selain baca ceritaku, ayah-bunda tetap harus tanya sana-sini ya untuk tau macam-macam cerita orang tua lainnya. Supaya lebih banyak referensi.

Cerita Toilet Training

1. Always… Woro-woro a.k.a. Briefing a.k.a Sosialisasiih Berkali-Kali dan Jauh-Jauh Hari

Colorful wooden dinosaurs on top of a stack of hardcover books on a light background.

Sosialisasi paling mudah untuk toilet training adalah.. bacakan buku toilet training. Bacakan berulang-ulang. Sampaikan ke anak kalau sudah besar, kita tidak pakai popok lagi. Anak besar harus BAK dan BAB di toilet seperti ayah-bunda dan anak besar lainnya. Di dalam buku toilet training, anak-anak bisa melihat dengan jelas langkah-langkahnya. Mulai dari merasakan sinyal BAK, lalu ke kamar mandi secara mandiri, duduk di toilet, menyiram toilet, membersihkan diri, dan mencuci tangan setelah dari toilet.

2. Tetapkan Target Usia Kapan Mulai dan Kapan Selesai Latihan

Patokan targetku pokoknya sebelum anak masuk TK dia sudah harus bisa mandiri urusan ke toilet. Kapan mulainya? Sesuaikan saja kapan kita siapnya. Anggap saja anak belajar selama 6 bulan-1 tahun, maka ambil ancang-ancangnya. Kalau kita lihat ada orang tua yang langsung ajarkan anak ke toilet sejak usia satu tahun, ya silahkan saja kalau memang sudah siap. Semakin kecil usia anak memulainya, menurutku semakin besar kesabaran yang harus kita siapkan karena potensi erornya juga bakal lebih besar dan sering. Aku pribadi berharap memulai proses ini saat anak sudah dapat berkomunikasi dengan sangat baik. Sehingga anak mudah paham saat kita bacakan buku, kita jelaskan, atau kita arahkan saat eksekusinya. Di sisi lain, anak juga sudah lebih mudah menyampaikan keinginannya untuk ke toilet. Misalkan kita sedang ada di tempat umum dan anak ingin ke toilet, kita juga bisa memintanya untuk menahan dulu hingga kita sampai di toilet. Ini semua butuh komunikasi dua arah.

3. Tetapkan Prioritas Mau Mulai Dari Mana

Aku hamil anak ke dua saat anak pertama berusia 2,5 tahun. Sejujurnya dalam keadaan hamil aku gak sanggup memulai toilet training secara ideal. Jadi yang paling pertama kami prioritaskan dalam belajar toilet training adalah mengarahkan anak untuk BAB di toilet. Kurang ingat mulainya ini sejak kapan, mungkin sejak usia 3 tahun. Sinyal BAB kan sangat jelas dan punya jeda waktu yang cukup untuk anak sadar dan pergi ke toilet. Caranya? Saat kita lihat anak sudah mulai tanda-tanda akan BAB, kita langsung ajak ke toilet. Dudukan di toilet dan mau gak mau kita temani dan tunggu sampai anak selesai. Pas awal-awal dia pasti bingung dan ga nyaman sih. Kadang malah udah duduk tapi gak jadi BAB. Setelah anak berhasil, puji-puji terus pokoknya buun. Kalau untuk BAB, sepertinya anak usia di bawah 3 tahun juga sudah bisa diajarkan ke toilet.

4. Teruskan Rutinitas Baru Sambil Menyiapkan Tahapan Selanjutnya

Kalau kita sudah tetapkan ke anak bahwa BAB ke toilet, maka kita harus konsisten terus untuk BAB di toilet. Sampaikan ke anak kalau anak merasa ingin ke toilet, sampaikan saja ke kita meski kita sedang sibuk masak, mengerjakan hal lain, dan juga bangunkan saja kalau ternyata kita ayah-bunda nya sedang tidur. Makanya aku menunggu banget anak bisa ngobrol dengan baik dengan kita, sehingga saat kita tidur pun anak bisa bangunkan kita dan dengan jelas bilang ingin ke toilet. Mau gak mau memang harus selalu siap sedia. Sengantuk apa pun, kalau anak bilang mau ke toilet kita harus bangun untuk temanin ke toilet. Sedang masak? Tinggalin. Langsung temani ke toilet. Jadi anak tahu bahwa kita memang merespon permintaannya. Anak tinggal bilang, kita akan temani. Kalau sedang di luar rumah pun, tetap sigap carikan toilet. Bisa juga direncanakan dulu apakah tempat yang mau kita kunjungi itu punya akses toilet yang nyaman untuk anak. Jangan lupa untuk terus apresiasi setiap kemajuan dan kesuksesannya.

5. Mulai BAK di Toilet

Elegant bathroom interior featuring modern decor and stylish fixtures.

Toilet training untuk BAK baru aku mulai setelah anak ke dua usia beberapa bulan. Aku prioritaskan untuk lepas popok saat pagi-sore terlebih dahulu . Saat tidur (siang dan malam), dan keluar rumah biarkan masih pakai popok dulu. Saat lepas popok, mulai untuk ingatkan anak ke toilet setiap 1-2 jam. Baiknya untuk beberapa hari stay di rumah dulu untuk membiasakan ini, karena bisa dipastikan di awal-awal anak akan “off side“. Anak harus belajar menangkap dan responsif dengan sinyal BAK nya. Terkadang anak terlalu asik main atau menonton membuat dia gak sadar sama sinyal BAK nya.

Saat terus-menerus kita ajak ke toilet, mungkin anak mulai capek kok jadi sering sekali diajak ke toilet. Akhirnya aku mulai mempercayakan jawaban anak. Jadi aku tanyakan saja, apakah anak mau ke toilet, kalau anak jawab engga yasudah kita coba percayakan. Tapi tetap kita tanyakan terus setiap 2 jam. Ajak juga ke toilet sebelum keluar rumah, atau sebelum naik mobil, di tempat-tempat berhenti yang ada akses toilet, atau saat baru sampai di tempat tujuan. Selama di jalan tetap pakai popok dulu saja. Lama-lama akan kerasa kok bahwa popok anak selalu kering karena dia sudah berhasil ke toilet. Saat sudah yakin, maka lepas popoknya selama pagi-sore.

Nah kalau malam hari memang challenging. Pokoknya setelah selesai makan malam, 1 jam kemudian ingatkan anak ke toilet. Sebelum tidur, ingatkan lagi ke toilet. Sebelum tidur jangan minum terlalu banyak. Cukup 1-3 teguk saja supaya BAK di malam hari gak terlalu banyak. Pantau popok anak besok paginya apakah popoknya masih sangat basah atau sudah sangat berkurang. Kalau BAK nya ternyata masih banyak, jangan dilepas dulu. Atur jumlah minum anak dulu di malam hari. Kalau anak tiba-tiba terbangun di malam hari, ajak anak ke toilet. Mulailah lepas popoknya kalau popoknya sudah terbukti kering beberapa kali. Meski sudah dilepas pun, siap-siap tetap beri alas tidur anak untuk antisipasi anak mengompol. Kalau anak terlalu lelah bermain, kadang jadi susah bangun saat malam hari. Berakhir dengan “off side” di kasur. Maka kita harus pantau terus aktivitas anak selama masa toilet training ini.

6. Mudahkan Prosesnya

Biarkan lampu kamar mandi terus hidup atau permudah akses anak untuk menghidupkan atau mematikan lampu kamar mandi. Pakaikan anak celana yang mudah dilepas. Pakaikan celana dalam yang bahannya nyaman. Kalau perlu, saat belanja celana dalam, ajak anak pilih celananya atau warna celananya. Hal-hal kecil yang terkadang membuat anak lebih semangat karena dia lihat sendiri celana yang menggantikan popok.

7. Hati-Hati dan Berikan Hadiah

A child's hand arranges colorful wooden toys and animal figures on a playroom floor.

Proses toilet training ini sangat sensitif untuk perasaan anak. Anak bisa merasa sangat malu dan gagal kalau tidak berhasil ke toilet tepat waktu. Maka kita harus sangat hati-hati dalam proses ini. Puji dan ingatkan terus hadiah yang bisa anak dapatkan kalau anak berhasil lepas popok. Berikan anak hadiah jika dia bisa berhasil lepas popok secara total.


Proses setiap anak berbeda-beda. Sulit untuk memberikan patokan anak lulus dalam berapa lama, karena semua tergantung dari cara kita sendiri dalam melatihnya dan respon anak selama prosesnya. Selama kita konsisten dalam rutinitas toilet yang kita ajarkan, aku yakin anak juga ikut mengerti konsepnya dengan cepat. Jangan diburu-buru, tapi juga jangan terlalu bertoleransi. Makanya supaya kita gak rungsing, siapkan rentang waktu yang lama untuk latihan. Supaya kita gak marah-marah karena merasa terdesak atau terlambat.

Kalau ditanya gimana caranya anak gak ngompol saat tidur, sejujurnya aku pun gak bisa jamin. Karena yang bisa aku lakukan cuma batasin minumnya sebelum tidur, mengajaknya ke toilet sebelum tidur, dan kalau terbangun ajak ke kamar mandi. Ternyata lama-lama anak otomatis bangun sendiri kalau merasa mau ke toilet. Hal yang membuat anak mengompol bisa jadi karena terlalu lelah jadi gak kuat bangun, belum sempat pipis sebelum tidur, minum terlalu banyak, suhu kamar terlalu dingin, atau tidur dalam keadaan gelisah atau emosi negatif. Aku juga gak tahu apakah toilet training anak laki-laki dan perempuan bisa berbeda. Coba ayah-bunda cari tahu sendiri kalau perlu informasinya yaa.

Satu lagi, sebenarnya urusan ke toilet ini juga akan nyambung dengan aktivitas mandi sendiri dan berpakaian. Selain bicarakan soal BAK dan BAB serta membersihkan diri setelahnya, kita juga bisa banget masukin pesan-pesan seperti adanya area tubuh yang menjadi aurat anak yang harus ditutupi, tidak boleh melihat aktivitas kamar mandi anak/orang lain, menanamkan rasa malu, dimana tempat untuk melepas dan menggunakan pakaian, area-area tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain, sampai doa masuk dan keluar kamar mandi. Jadi aktivitas di kamar mandi sendiri begitu banyak yang harus diajarkan. Hal ini dijelaskan pelan-pelan, berulang-ulang, dalam waktu yang lama.

Aku juga membatasi orang yang boleh mengurus urusan anak ke kamar mandi. Aku sampaikan ke anak kalau ke kamar mandi cuma boleh sama uma, aba, neneknya, dan orang yang aku setujui dan anak nyaman. Supaya anak tau bahwa urusan kamar mandi itu tidak dengan sembarang orang. Saat udah terbiasa seperti itu, anak juga dengan sendirinya menolak kalau ada yang menawarkan membantu urusan kamar mandinya. Sambil terus disosialisasikan bahwa anak harus bisa mandiri karena nanti ada waktunya uma sudah tidak boleh membantu urusan kamar mandi dan berpakaiannya. Karena uma sudah tidak boleh lagi melihat auratnya.

Begitu kira-kira ceritanya bun. Banyak sekali PR kita ini haha. Lakuin satu-satu. Cicil satu-satu. Ancang-ancang yang lama supaya kita juga bisa pelan-pelan dan gak memburu-buru anak. Semoga berguna sharingnya. Jangan lupa untuk baca-baca tentang toilet training (contoh artikel toilet training ) atau bisa juga ikut kelasnya ya bun.

Yassarallah bunda dan ayah 🙂

Gita Nadia Motherhood

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *