Ada begitu banyak perubahan fisik selama kehamilan dan setelah melahirkan yang dialami seorang ibu. Setiap tubuh punya cerita keluhan, perubahan, impian, dan pulihnya masing-masing. Kegelisahan yang biasanya hanya menjadi percakapan tertutup dengan diri sendiri dan pasangan.
Setelah menjalani kehamilan dan melahirkan, aku baru mengerti mengapa begitu banyak ibu yang suka mengungkit-ungkit berat badannya dulu semasa gadis, tepatnya semasa 40-an kilogram. Ternyata perubahan berat dan bentuk tubuh setelah melahirkan memang bisa sejauh itu ya. Pantas saja para ibu terkadang merindukan tubuhnya yang dulu. Ukuran dan bentuk tubuh dulu itu ternyata memang paling kita dambakan sebagai perempuan.
Apa lagi jika si ibu ini ada di lingkungan yang selalu menggunakan kata “badan ibu-ibu” sebagai penggambaran bentuk tubuh yang tidak lagi menarik bahkan layak untuk diolok-olok. Padahal ternyata, kita semua (para ibu) juga tidak menginginkan perubahan yang jauh itu. Kita juga tidak ingin kehilangan keindahan yang dulu. Ternyata para ibu hanya mengikhlaskan apa yang terjadi pada tubuhnya yang sudah berubah jauh dari yang ia inginkan. Lalu untuk kembali ke bentuk yang didambakan perlu kemauan, modal, dan usaha yang kuat.
Yang paling utama berubah setelah hamil tentunya berat badan. Saat hamil, kenaikan berat badan justru malah jadi hal yang harus dicapai. Sebab kenaikan berat diperlukan untuk menunjang perkembangan bayi di dalam rahim. Apa aja sih yang menyumbang kenaikan berat badan kita? Mulai dari ukuran rahim yang membesar, janin yang terus berkembang, plasenta, cairan ketuban, volume darah dan cairan tubuh ibu yang meningkat, dan tentunya cadangan lemak yang juga meningkat.
Kenaikan ini akan berbeda-beda di tiap tubuh perempuan. Ada yang kenaikannya kurang dari sepuluh kilogram. Ada yang naik belasan bahkan dua puluhan kilogram. Otomatis kita jadi punya daftar belanjaan khusus masa hamil mulai dari pakaian dalam dengan ukuran baru, baju khusus ibu hamil yang super longgar, dan sepatu atau sandal yang juga naik ukuran karena kaki kita yang bengkak. Kenaikan berat ini ada evaluasinya gak sih? Adaa. Kenaikan beratnya tergolong ideal atau tidak, akan bergantung pada indeks massa tubuh masing-masing. Kenaikan ini akan terus dipantau dan dievaluasi dokter selama kita kontrol kehamilan.
Selain kenaikan berat badan, bentuk tubuh kita juga berubah. Bentuk tubuh “khas ibu-ibu” yaitu area panggul yang melebar, lengan atas dan paha yang semakin bandel (jangan diharap kurus deh pokoknya), serta payudara yang berubah bentuk (tidak lagi kencang, tapi terasa lebih lunak/lembek). Seiring dengan tubuh yang terus mengalami perubahan bentuk dan kenaikan berat badan, kulit tubuh kita jadi meregang. Bayangin kayak balon yang ditiup. Kulit kita jadi tegang/meregang persis seperti permukaan balon itu. Jejak peregangan kulit ini yang biasa kita dengar dengan istilah stretch mark. Area muncul stretch mark bisa berbeda-beda tiap perempuan (perut, paha, payudara, bokong, lengan atas, pinggul). Tingkat keparahan stretch mark yang muncul juga berbeda-beda. Lalu, apakah ada perempuan yang kulitnya tetap mulus bebas dari stretch mark? Ada juga. Mungkin karena sejak awal tipe kulitnya sangat elastis dan kelembapannya sangat baik.
Kalau di atas sudah kuceritakan perubahan yang sifatnya lebih permanen, ada juga perubahan fisik yang sifatnya temporer saja. Berubah khusus selama kehamilan dan akan menghilang ketika sudah melahirkan. Di antaranya, perubahan warna di beberapa area tubuh yang cenderung menghitam atau lebih gelap . Seperti area ketiak, leher, lipatan paha, lutut, bahkan warna puting payudara juga berubah. Selain itu, ada juga yang muncul varises di kaki, bokong, bahkan area kemaluan. Sama seperti di atas, ada yang mengalami ada juga yang tidak. Area munculnya juga akan berbeda-beda tiap orang.
Apakah perubahan-perubahan atau keluhan ini akan berhenti setelah melahirkan? Oh tentu saja tidak. Ada yang saat hamil muncul beberapa keluhan lalu menjadi lebih stabil setelah melahirkan, ada juga yang baru muncul atau bahkan semakin parah keluhannya justru setelah melahirkan. Kondisi para ibu yang kurang tidur saat mengasuh bayi baru lahir akan juga akan mempengaruhi segala hal di tubuhnya. Ada yang mengalami kerontokan rambut yang lumayan parah, ada yang mengalami rontok tapi masih dalam kategori wajar. Ada yang kulit wajahnya bermasalah justru setelah melahirkan karena dipengaruhi jam tidur yang berantakan dan kelelahan. Tapi ada juga yang kulit wajahnya tergolong aman setelah melahirkan (palingan kantong mata yang menghitam karena banyak begadang).
Ada begitu banyak hal yang berubah, muncul, dan menghilang pada tubuh ibu sejak hamil hingga melahirkan. Tubuhnya amat sangat bekerja keras untuk menjalani kehamilan dan untuk kembali pulih serta stabil seperti sedia kala. Sungguh perjalanan yang amat panjang. Maka, para ibu ingatlah untuk berlemah lembut pada diri sendiri. Sayangilah tubuh sendiri dan berikanlah ia waktu untuk pulih dengan paripurna. Jangan terlalu memaksakan ini dan itu dulu. Tunda yang tidak mendesak. Beri waktu untuk tubuh kita, beri waktu untuk mental kita, beri waktu juga untuk emosional kita untuk memproses semuanya.
Kalau saat hamil prioritas kita adalah menjaga kehamilan hingga melahirkan, maka setelah melahirkan tugas dan prioritas kita adalah untuk pulih. Tutup telinga untuk omongan-omongan orang yang sibuuk sekali berkata ini dan itu setelah semua perjalanan panjang yang kita yang melelahkan itu. Tutup telinga dan masa bodoh saja pada orang-orang yang bahkan tidak mengerti bahwa prioritas saat ini adalah pulihnya tubuhmu. Sebagaimana saat hamil, semoga para ibu juga mendapatkan perlindungan dan bantuan maksimal dari suami dan keluarganya setelah melahirkan.
Terima kasih ya bu sudah dengan sabar menjalani semua perubahan dan keluhan-keluhan itu. Terima kasih sudah mengikhlaskan (sejenak) hal-hal yang tadinya kita miliki. Kalau waktunya sudah tepat, aku sangat mendukung untuk para ibu mengusahakan kembali apa yang kemarin sudah kita relakan. Usahakan lagi berat badan ideal, bentuk tubuh ideal, kecantikan, dan kebugaran yang dulu. Secukupnya, semampunya. Jangan sampai terlalu terfokus pada keinginan itu sampai bikin gelisah, cemas, obsesi pengen cepat, dan mood yang jadi berantakan setiap saat. Usahakanlah itu semua untuk diri sendiri dan tentunya pasangan juga akan mendapat manfaatnya. Semoga para suami juga mendukung lewat waktu, tenaga, dan biayanya ya bu..
Sehat-sehat ya bu.. 🙂